Jumat, 04 Oktober 2019

Parenting : Unsur Komunikasi Lisan



Mendengar adalah kunci keberhasilan komunikasi
Komunikasi yang berhasil ditandai dengan kesepahaman antara pihak2 yang terlibat; misalnya orangtua dengan anak.

Unsur komunikasi lisan terdiri dari 10% kata2, 30% suara, dan sisanya 60% adalah bahasa tubuh.
Oleh karenanya dalam mendengar, agar mampu memahami, kita harus melibatkan mata, telinga & hati.
Apa yang tak tampak di lisan, bisa sangat jelas terlihat pada gerak tubuh.

Kebanyakan orang mendengar untuk menjawab, sehingga pada akhirnya mereka gagal mengerti & memahami maksud sesungguhnya yang ingin disampaikan oleh lawan bicara.

Terlebih lagi ketika berbicara dengan anak, kita cenderung terburu2 memotong, dgn menasehati, menyimpulkan,  mengevaluasi, menghakimi, menafsirkan dll.
Sehingga, anak merasa tidak dipahami.
Kita perlu bersabar & memperlambat ritme agar anak tidak terinntimidasi sehingga akhirnya menutup diri, dan akhirnya berkesimpulan bahwa : tidak ada gunanya bicara dengan ayah ibu.

Ayah.. bunda..
Mendengarlah untuk mengerti, bukan untuk menjawab.

Yuk nonton... #emphaticlistening #mendengarempatik
#mendengar #komunikasiorangtua
#gayaorangtua #hebatcommunity

Makan Dadar GUlung Di Kelas



Kue dadar gulung adalah jajanan tradisional yang terkenal dengan kelapa parut atau unti sebagai isinya. Agar terasa manis dan gurih, kelapa parut dimasak lalu dicampur dengan GULAKU sebelum digulung bersama lapisan kulit.
Makanan tradisional/khas adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut. Bagi masyarakat Indonesia umumnya amat diyakini khasiat, aneka pangan tradisional, seperti tempe, tahu, bawang putih, madu, temulawak, gado-gado, kacang hijau, ikan laut, ikan darat dll. Karena disamping khasiat, makanan tradisional Indonesia juga mengandung segi positip yang lain seperti: Bahan-bahan yang alami, bergizi tinggi, sehat dan aman, murah dan mudah didapat, sesuai dengan selera masyarakat sehingga diyakini punya potensi yang baik sebagai makanan


Bolu gulung (Inggris: Swiss roll) adalah kue bolu yang dipanggang menggunakan loyang dangkal, diisi dengan selai atau krim mentega kemudian digulung. Bolu gulung sering dikenal sebagai jam roll, atau jelly roll di Amerika Serikat.
Kue harus segera digulung selagi masih panas sewaktu baru diangkat dari oven agar kue masih lentur sewaktu digulung dan tidak patah. Kertas roti atau serbet bisa dijadikan alas kue sewaktu menggulung. Gulungan bisa dibuka lagi kalau kue sudah agak dingin untuk diolesi selai atau krim dari mentega dan setelah itu kue digulung kembali. Kue bisa juga langsung diolesi selai sewaktu masih panas-panas sehingga cukup digulung sekali saja.
Krim mentega (buttercream) bisa dibuat beraneka rasa, misalnya dengan menambahkan coklat bubuk, vanila, atau bubuk teh hijau.
Selain rasa di atas juga ada variasi rasa Keju, Mocca, Cokelat Ceres, Mocca Ceres, Blueberry jam, Stroberi Jam, Cokelat Leleh dan Cokelat Leleh Keju

Makanan tradisional Indonesia adalah segala jenis makanan olahan asli Indonesia, khas daerah setempat, mulai dari makanan lengkap, selingan dan minuman, yang cukup kandungan gizi, serta biasa dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut
dengan beragam dan bervariasinya bahan dasar, maka dapat dihasilkan bermacam-macam jenis makanan tradisional yang sedemikian rupa sehingga menjadi makanan yang lezat dan gizi seimbang. Demikian juga cara pengolahannya dilakukan dengan beragam dan bervariasi seperti: Dengan membakar/memanggang, pengasapan, pemepesan, pengukusan, menggoreng dan menumis.
Videonya makanan tradisional Indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan makan masyarakat dan menyatu di dalam sistim social budaya berbagai golongan etnik di daerah-daerah. Makanan tersebut disukai , karena rasa, tekstur dan aromanya sesuai dengan seleranya. Demikian juga dengan kebiasaan makan khas daerah umumnya tidak mudah berubah, walaupun anggota etnik bersangkutan pindah ke daerah lain.

Tutorial Tanding Stik Es Krim


Buat permainan seru bersama si kecil menggunakan stik es krim yang akan meloncat secara berurutan seperti yang dilakukan di video ini ini.

Yang dibutuhkan hanyalah stik es krim, ruangan yang cukup, bisa juga di atasmeja.

Petunjuk:
Dua anak atau lebih dengan masing-masing stik es krim, tepuk es krimnya. Yang menang adalah yang stiknya di atas stik es krim  pemain lain.

Berikut Videonya:

Kamis, 03 Januari 2019

Tarbiyah Dalam Wahdah Islamiyah


Untuk mereka yang masih ragu akan liqo/tarbiyah (Syubhat-syubhat seputarnya).

Muqaddimah

Liqo merupakan bentuk masdar dari kata "لقي" yang bermakna bertemu/pertemuan. 
Adapun tarbiyah, ia adalah masdar dari kata "ربا" - "يربو" yang bermakna bertambah sebagaimana disebutkan oleh Imam Al Jauhari rahimahullah dalam Ash Shihahnya (6/2350), beliau menambahkan bahwa lafadz tarbiyah dapat diberikan kepada segala sesuatu yang berkembang, seperti seorang anak, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.

Sedangkan menurut Imam Ibnul Atsir rahimahullah maka beliau melihat bahwa asal kata tarbiyah adalah "الرب" yang berarti  yang menguasai, tuan, yang mengurus, yang menumbuhkan, yang memberi, apabila disebutkan secara mutlak maka yang dimaksud adalah Allah ta'ala, dan apabila disandarkan kepada sesuatu maka ia bermakna selain Allah, seperti "رب كذا" pemilik hal ini. Dari kata rabb inilah lafadz tarbiyah diambil untuk kata rabbani, yang bermakna seorang alim yang mengajarkan ilmu yang sederhana sebelum mengajarkan ilmu yang lebih kompleks (An Nihayah 2/178-182).

Tarbiyah dapat dimaknai secara berbeda-beda, namun kesemua pendapat para ulama dapat dikembalikan pada makna ucapan Imam Al Munawi rahimahullah bahwa tarbiyah adalah pembentukan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sampai pada kondisi sempurnanya (At Tauqif fi Muhimmat Ta'arif hal. 95).

Tarbiyah bermakna pembentukan seorang insan dari berbagai sisi kehidupannya hingga sampai pada kondisi sempurna (Ushul Fikr At Tarbawy fil Islam, hal. 15).

Satu hal yang senantiasa menyertai tarbiyah adalah unsur tadriij atau proses yang berkelanjutan serta bertahap sedikit demi sedikit.

Tarbiyah yang kita kenal adalah pertemuan pekanan yang dilakukan oleh sekelompok ikhwah/akhwat dibawah bimbingan seorang murabbi guna mengkaji kajian-kajian dinul islam.

Menurut Ustadz Qasim Saguni hafidzahullah dalam salah satu uraiannya tentang tarbiyah, "Kalau kita meminjam istilah sistem pendidikan yang ada sekarang, tarbiyah termasuk sistem pendidikan non formal yang memiliki kurikulum dan tingkatan-tingkatan atau yang disebut marhaliyah". Selanjutnya beliau menegaskan bahwa tujuan dakwah umum dan tarbiyah ini sebenarnya sama yakni agar orang memahami dan mau mengamalkan Islam. Namun yang berbeda adalah dalam penerapan metodenya. "Kalau dalam dakwah umum pesertanya banyak, tidak terbatas, berbeda dengan tarbiyah yang pesertanya dibatasi (dalam satu halaqah)".

Dilihat dari proses berlangsungnya, tujuan dan manfaat antara apa yang dihasilkan oleh taklim dan tarbiyah, maka bisa dipastikan bahwa ada sisi persamaan dan perbedaan antara keduanya. Adapun sisi persamaannya diantaranya adalah:

1. Keduanya dilaksanakan secara kolektif dengan hubungan timbal balik antara muallim dan mutaallim dalam kajian taklim, dan murabbi dan mutarabbi dalam kajian tarbiyah.

2. Keduanya merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Sedangkan sisi perbedaan antara taklim dan tarbiyah, diantaranya:

1. Taklim adalah proses transfer maklumat yang sangatlah mudah, oleh karena hadirnya banyak mutaallim yang mendengarkan taklim tersebut. Sedangkan dalam proses tarbiyah, seorang murabbi tidak akan bisa mentarbiyah ribuan orang dalam waktu yang bersamaan, karena ia dibangun di atas unsur kebersamaan yang intens.

2. Taklim memiliki keterbatasan pada sisi transfer ilmu semata, sedangkan tarbiyah lebih menitik beratkan pada transfer ilmu disertai penerapannya dalam kehidupan seorang mutarabbi, sehingga diharapkan sang mutarabbi dapat menjadi seorang mukmin, muslih, mujahid, muta'awin dan mutqin melalui proses tarbiyah yang ia laksanakan.

3. Dengan banyaknya jumlah mutaallim yang hadir dalam taklim maka hampir bisa dipastikan seorang muallim tidak akan mengenal mereka satu persatu. Sedangkan dalam tarbiyah, karena jumlah peserta mutarabbi dalam satu halaqah terbatas pada jumlah 10 orang atau lebih, maka jalinan ukhuwwah jauh lebih terasa dan sistem pengontrolan terhadap perkembangan setiap mutarabbi jauh lebih mudah dilakukan oleh sang murabbi.

4. Seorang mutaallim akan lebih banyak bersinggungan dengan sisi ilmiah dari seorang muallim dalam taklim, sehingga akan lahir dari taklim pribadi yang ilmiah. Sedangkan di dalam tarbiyah maka seorang mutarabbi jauh lebih banyak bersinggungan dengan cara pandang, perasaan, akhlaq, dan kebiasaan seorang murabbi, sehingga keterampilan, akhlaq, adab dan kecerdasan emosi akan terbentuk melalui tarbiyah. Oleh karena itu menggabungkan antara taklim dan tarbiyah adalah cara terbaik dalam mempelajari dinul islam dan pengembangan kepribadian seorang muslim.

Dan masih banyak sisi-sisi perbedaan antara taklim dan tarbiyah.

*Syubhat-syubhat seputar tarbiyah*

*Syubhat Pertama:*

Tarbiyah adalah bidah, karena sistem pengajarannya dibimbing oleh kakak kelas atau kakak tingkatan. Dan hal ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi. Adapun cara yang benar adalah seseorang datang kepada para ulama atau ahlu dzikr/ahlul ilmi, sebagaimana firman Allah dalam Surah An Nahl ayat 43:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (43)

Artinya: Maka bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

*Jawaban:*

1. Tarbiyah adalah sebuah wasilah/cara/metode dalam menuntut ilmu, ia bukanlah gaayah atau tujuan yang diinginkan secara dzatnya sejak awal. Sehingga selama tarbiyah merupakan wasilah maka berlaku padanya kaidah "Wasilah-wasilah mendapatkan hukum maqasid (tujuan yang diinginkan)", maka selama tujuan yang diinginkan adalah sesuatu yang masyru' atau disyariatkan, maka wasilah apapun dibolehkan selama tidak menimbulkan mudarat yang lebih besar dari maslahat yang dituju. Dan selama ia adalah wasilah, maka hukumnya tidak boleh dipisahkan atau berdiri sendiri dari tujuan atau maslahat yang diinginkan.

2. Benarkah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menggunakan sistem bimbingan melalui kakak tingkatan ? Jawabannya pernah, Rasulullah juga menggunakan sistem kakak tingkatan dalam pengajaran islam kepada para sahabat beliau yang baru memeluk agama islam. Contohnya pengutusan Mus'ab bin 'Umair radiyallahu 'anhu ke Madinah untuk mengajarkan dinul islam kepada penduduk Madinah. Jika dicermati maka Mus'ab bin 'Umair dapat digolongkan sebagai kakak tingkatan dari para sahabat yang baru saja memeluk agama islam dari penduduk kota Madinah. Contoh lainnya, utusan-utusan yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari kabilah-kabilah Arab yang telah memeluk agama islam. Setelah mereka belajar dan menuntut ilmu dari Rasulullah, mereka kembali untuk mengajar keluarga dan masyarakat kabilah mereka.

3. Contoh lainnya, penunjukan 12 orang  pada peristiwa Baiat 'Aqabah kedua untuk menjadi nuqabaa (wakil-wakil) kepada kabilah-kabilah penduduk kota Madinah yang baru masuk islam saat itu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad (no. 15798), At Tobary (2/363), At Tabrany (no. 174), Al Hakim (no. 5100)  dan Al Baihaqy (2/449) dari jalur Muhammad bin Ishaq, Ma'bad bin Ka'ab bin Malik menyampaikan kepadanya, dari saudaranya 'Ubaidullah bin Ka'ab, dari Ayahnya Ka'ab bin Malik radiyallahu 'anhu (dan beliau adalah salah seorang yang ikut dalam peristiwa Baiat 'Aqabah)...Dalam hadis panjang ini tatkala para sahabat telah membaiat Rasulullah, maka beliau kemudian bersabda:

أَخْرِجُوْا إِلَيَّ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًا يَكُوْنُوْنَ عَلَى قَوْمِهِمْ.

"Pilihlah 12 orang naqib yang akan mengurusi urusan kalian".

Meskipun hadis ini diperselisihkan derajat sanadnya oleh para ulama hadis, namun cukuplah hadis Sa'ad bin 'Ubadah radhiyallahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya (no. 1709) menunjukkan bahwa penunjukan nuqabaa ini tsabit dan telah terjadi pada malam Baiat 'Aqabah. Dimana Sa'ad radhiyallahu 'anhu berkata, "Sesungguhnya Aku adalah salah seorang naqib yang telah berbaiat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam".

Berkata Ibnul Atsir rahimahullah dalam An Nihayah (5/101) "An Nuqabaa adalah jamak dari lafadz naqib, yaitu seorang yang paling mengetahui tentang keadaan suatu kaum, dan yang paling dikedepankan serta ditugaskan untuk memeriksa keadaan kaum tersebut". 

Sampai sini dapat dipahami bahwa penggunaan naqib atau penunjukan seseorang untuk menjadi wakil untuk sekelompok kaum muslimin dalam proses pembelajaran islam, ternyata telah memiliki dasar yang jelas dalam sejarah awal islam.

4. Apabila seorang ustadz mempersoalkan metode menuntut ilmu sebagian teman-teman dengan cara liqo ataupun tarbiyah, dimana orang yang berperan sebagai sang murabbi atau pengajar di dalamnya adalah kakak tingkatan mereka, maka rupanya hal ini pula yang kami temukan di kota Madinah (bahkan mungkin sampai saat sekarang masih dilakukan oleh para asatidzah kakak tingkatan mahasiswa Universitas Islam Madinah). Seingat kami para adik tingkatan diberikan kajian pekanan oleh para senior dan kakak tingkatan mereka, dan hal ini tak pernah dipersoalkan oleh siapapun. Oleh karena masalah ini adalah sesuatu yang lumrah ditemukan. Contoh lainnya, halaqah tahfidz Al Quran yang mudaj didapati dimana-mana, baik di Makkah dan Madinah, atau di negeri kaum muslimin lainnya. Antum akan temukan para muhaffidz Al Quran adalah mereka yang telah melalui jenjang yang lebih tinggi dalam bidang ilmu Al Quran dan memiliki skill serta kemampuan untuk mengidarah/memanajemen halaqah yang diamanahkan kepadanya. 

Tentu saja hal ini tidak bertentangan dengan firman Allah yang terdapat dalam surah An Nahl ayat 43, dimana Allah memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kita tidak mengetahui. Memang benar bahwa yang paling afdhal adalah bertanya langsung dan mengambil ilmu kepada para ulama besar yang mu'tabar dan diketahui kedalaman ilmunya, tapi Ayat ini tidaklah membatasi makna Ahlu Dzikr atau Ahlul Ilmi pada batasan tertentu, dimana satu-satunya orang yang wajid untuk diambil ilmunya hanyalah orang-orang yang telah mendalam ilmunya dari kalangan ulama besar. Melainkan siapapun yang memiliki ilmu pengetahuan, maka ia pantas untuk ditanyai berdasarkan sekadar apa yang ia ketahui. Hal ini berdasarkan sebab turunnya surah An Nahl ayat 43 tersebut, berkata Imam At Tobary rahimahullah (Tafsir At Tobary 17/207):
"Allah berfirman kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Allah ta'ala berfirman: "Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau wahai Muhammad kepada sebuah umat dari seluruh umat yang ada, untuk berdakwah kepada tauhid dan menjalankan perintah serta menjauhi larangan Kami, melainkan mereka (seluruh utusan tersebut) adalah laki-laki dari keturunan Adam yang Kami wahyukan kepada mereka, dan para utusan itu bukanlah Malaikat...(Maka bertanyalah kepada Ahlu Dzikir) tentang masalah ini, maka Allah berkata kepada orang kuffar Quraisy, "Apabila kalian tidak mengetahui masalah ini, maka bertanyalah kepada Ahlu Dzikr yaitu orang-orang yang telah membaca kitab Taurat dan Injil". Dan pendapat ini adalah pendapat Mujahid, Al A'masy dan Ibnu 'Abbas, pendapat lainnya yang diriwayatkan dari Ibnu Zaid dan Abu Ja'far bahwa makna Ahlu Dzikr adalah Ahlul Quran.

Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat pertama, oleh karena mustahil bagi orang-orang kuffar Quraisy akan bertanya kepada Ahlul Quran saat itu dari sahabat Nabi. Sehingga makna yang tepat bahwa mereka akan bertanya kepada Ahli Kitab, Yahudi atau Nasrani.

Dinisbatkannya Ahlu Dzikr kepada orang-orang terdahulu bukan karena mereka telah menguasai seluruh Taurat dan Injil, namun disebabkan ilmu yang mereka ketahui tentang prihal ciri para Nabi-nabi yang diutus sebelum Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Tetapi berdasarkan kaidah bahwa ibrah itu berdasarkan keumuman lafadz, dan bukan kekhususan sebabnya, karena itu Ibnu 'Athiyah berkata dalam tafsirnya (4/75) "Ahlu Dzikr maknanya umum, yaitu siapapun yang memiliki ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah ta'ala".

5. Bilamana seorang muslim hanya boleh bertanya kepada para ulama besar, maka seharusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memerintahkan seluruh sahabatnya untuk datang dan belajar secara langsung kepada beliau. Namun tidak demikian adanya, beliau mengutus Mus'ab bin 'Umair ke kota Madinah, Muadz bin Jabal ke Negeri Yaman, Abu 'Ubaidah bin Al Jarrah ke negeri Yaman, kesemuanya ditugaskan untuk mendakwahkan dan mengajarkan agama Islam.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda di dalam hadis riwayat Bukhari (no. 3461) "Sampaikan dariku walaupun satu ayat". Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menukil dari Al Nahrawani bahwa makna "Walaupun satu buah ayat" yaitu hendaknya seseorang segera menyampaikan setiap ayat Al Quran (ilmu) yang telah ia dengarkan agar hujjah yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sampai kepada seluruh manusia". 

Alhamdulillah sebuah kesyukuran karena seorang murabbi di halaqah-halaqah tarbiyah kita adalah mereka yang telah melalui masa pembelajaran yang intensif dalam halaqah tarbiyah mereka, ditambah pengadaan ujian seleksi dan kelayakan seseorang untuk menjadi murabbi, seharusnya menjadikan kita lebih tsiqah, meskipun sebagai murabbi maka ia juga tetap diharapkan bersikap wara' atas persoalan-persoalan yang mungkin belum diketahuinya, dan menanyakannya kepada mereka yang lebih berilmu. Dengannya kita percaya kepada halaqah tarbiyah kita, sekaligus tetap bersemangat untuk menimba ilmu dari kajian-kajian para ulama dan asatidzah.

Syubhat Kedua:

Sistem tadarruj yang dipergunakan. Tadarruj/marhaliyah/perjenjangan dalam menuntut ilmu bukanlah sebuah masalah. Namun bila jenjang liqo/tarbiyah didasarkan kepada loyalitas seorang mutarabbi terhadap yayasan penyelenggara liqo tersebut, maka inilah yang menjadi masalah.

*Jawaban:*

Alhamdulillah tarbiyah yang dilaksanakan oleh Wahdah Islamiyah sejak awal telah mempergunakan sistem marhaliyah atau perjenjangan. Hal ini adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah pembelajaran dan menuntut ilmu. Untuk lebih jelasnya tentang masalah ini, silahkan lihat tulisan Al Ustadz Maulana La eda hafidzahullah pada link berikut ini: http://wahdah.or.id/tarbiyah-ber-marhalah/

Adapun tentang sistem perjenjangan dengan berdasarkan loyalitas seorang mutarabbi kepada ormas Wahdah Islamiyah, maka hal ini tidaklah benar sama sekali. Setidaknya ada 2 alasan;

1. Karena siapapun yang mengikuti tarbiyah, maka ia diharuskan untuk mengikuti jenjang yang paling dasar terlebih dahulu. Jika saja sistem perjenjangan berdasarkan loyalitas itu benar adanya, maka anak para asatidzah seharusnya tidak perlu mengikuti jenjang awal tarbiyah, namun tidak demikian adanya. Mereka tetap harus mengikuti perjenjangan tarbiyah dari awal.

2. Hal ini disebabkan karena tarbiyah yang dikenal oleh Wahdah Islamiyah didasarkan pada pemahaman seseorang terhadap dinul islam. Semakin rendah pemahaman seseorang, maka semakin pantas pula ia mengikuti jenjang awal tarbiyah. Namun bila ada ikhwah atau akhwat yang telah memiliki keilmuan yang memadai, maka bukan tidak mungkin bila ia langsung mengikuti jenjang pertengahan atau tertinggi, mengapa ? Karena hal ini sekedar wasilah saja, dan fleksibel, sedang tujuan awalnya adalah untuk talabul ilmi. 

Adapun karakteristik yang terbentuk pada pribadi seorang mutarabbi, sebagai seorang mukmin, muslih, mujahid, mutaawin dan mutqin, maka ini adalah sifat-sifat yang terbentuk setelah mengikuti proses tarbiyah sekian lama, dan ia menjadi barometer kesuksesan sebuah proses tarbiyah, bukan barometer atau standart jenjang tarbiyah.

Syubhat Ketiga:
Metode pelaksanaan liqo atau tarbiyah yang sembunyi-sembunyi.

Bersambung...
Wallohu A'lam

✒ Rachmat Badani

Rabu, 08 Agustus 2018

Cara Ini Terbukti Paling Aman Anda Selamat Saat Gempa


Cara Paling Aman Menyelamatkan Diri dari Gempa Bumi

Oleh Doug Copp
Kepala Penyelamat dan Manajer Bencana
dari American Rescue Team International (ARTI)

PENGALAMAN

Saya telah merangkak di bawah 875 reruntuhan bangunan, bekerja sama dengan tim penyelamat dari 60 negara, dan mendirikan tim penyelamat di beberapa negara serta salah satu dari ahli PBB untuk Mitigasi Bencana selama 2 tahun. Saya telah bekerja di seluruh bencana besar di dunia sejak tahun 1985. Pada tahun 1996 kami membuat film yang membuktikan keakuratan metode bertahan hidup yang saya buat.

PERCOBAAN

Kami meruntuhkan sebuah sekolah dan rumah dengan 20 boneka di dalamnya. 10 boneka "menunduk dan berlindung" dan 10 lainnya menggunakan metode bertahan hidup "segitiga kehidupan". Setelah simulasi gempa, kami merangkak ke dalam puing-puing dan masuk ke dalam bangunan untuk membuat dukumentasi film mengenai hasilnya. Film itu menunjukkan bahwa mereka yang menunduk dan berlindung tidak dapat bertahan hidup dan mereka yang menggunakan metode saya "segitiga kehidupan" bertahan hidup 100%. Film ini telah dilihat oleh jutaan orang melalui televisi di Turki dan sebagian Eropa, dan disaksikan pada program televisi di USA, Canada dan Amerika Latin.

FAKTA

Bangunan pertama yang saya masuki adalah sebuah sekolah di Mexico City pada gempa bumi tahun 1985. Semua anak   berlindung di bawah meja masing-masing. Semua anak remuk sampai ke tulang mereka. Mereka mungkin dapat selamat jika berbaring di samping meja masing-masing di lorong. Pada saat itu, murid-murid diajarkan untuk berlindung di bawah sesuatu. 

TEKNIK SEGITIGA KEHIDUPAN 

Secara sederhana, saat bangunan runtuh, langit-langit akan runtuh menimpa benda atau furniture sehingga menghancurkan benda-benda ini, menyisakan ruangan kosong di sebelahnya. Ruangan kosong ini lah yang saya sebut "segitiga kehidupan". Semakin besar bendanya, maka semakin kuat benda tersebut dan semakin kecil kemungkinannya untuk remuk. Semakin sedikit remuk, semakin besar ruang kosongnya, semakin besar kemungkinan untuk orang yang menggunakannya untuk selamat dari luka-luka.

AMATI

1. Suatu saat anda melihat bangunan runtuh di televisi, hitunglah "segitiga kehidupan" yang anda temui.

2. Segitiga ini ada di mana-mana dan merupakan bentuk yang umum. 

3. Hampir semua orang yang hanya "menunduk dan berlindung" pada saat bangunan runtuh meninggal karena tertimpa runtuhan. Orang-orang yang berlindung di bawah suatu benda akan remuk badannya.

4. Kucing, anjing dan bayi biasanya mengambil posisi meringkuk secara alami. Itu juga yang harus anda lakukan pada saat gempa. Ini adalah insting alami untuk menyelamatkan diri. Anda dapat bertahan hidup dalam ruangan yang sempit. Ambil posisi di samping suatu benda, di samping sofa, di samping benda besar yang akan remuk sedikit tapi menyisakan ruangan kosong di sebelahnya.

5. Bangunan dari kayu adalah tipe konstruksi yang paling aman selama gempa bumi. Kayu bersifat lentur dan bergerak seiring ayunan gempa. Jika bangunan kayu ternyata tetap runtuh, banyak ruangan kosong yang aman akan terbentuk. Disamping itu, bangunan kayu memiliki sedikit konsentrasi dari bagian yang berat. Bangunan dari batu bata akan hancur berkeping-keping. Kepingan batu bata akan mengakibatkan luka badan tapi hanya sedikit yang meremukkan badan dibandingkan beton bertulang.

6. Jika anda berada di tempat tidur pada saat gempa terjadi, bergulinglah ke samping tempat tidur. Ruangan kosong yang aman akan berada di samping tempat tidur. Hotel akan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi dengan hanya menempelkan peringatan
di belakang pintu agar tamu-tamu berbaring di lantai di sebelah tempat tidur jika terjadi gempa.

7. Jika terjadi gempa dan anda tidak dapat keluar melalui jendela atau pintu, maka berbaring lah meringkuk di sebelah sofa atau kursi besar.

8. Hampir semua orang yang berada di belakang pintu pada saat bangunan runtuh akan meninggal. Mengapa? Jika anda berdiri di belakang pintu dan pintu tersebut rubuh ke depan atau ke belakang anda akan tertimpa langit-langit di atasnya. Jika pintu tersebut
rubuh ke samping, anda akan tertimpa dan terbelah dua olehnya. Dalam kedua kasus tersebut, anda tidak akan selamat!

9. Jangan pernah lari melalui tangga. Tangga memiliki "momen frekuensi" yang berbeda (tangga akan berayun terpisah dari bangunan utama). Tangga dan bagian lain dari bangunan akan terus-menerus berbenturan satu sama lain sampai terjadi kerusakan struktur dari tangga tersebut. Orang-orang yang lari ke tangga sebelum tangga itu rubuh akan terpotong-potong olehnya. Bahkan jika bangunan tidak runtuh, jauhilah tangga. Tangga akan menjadi bagian bangunan yang paling mungkin untuk rusak. Bahkan jika gempa tidak meruntuhkan tangga, tangga tersebut akan runtuh juga pada saat orang-orang berlarian menyelamatkan diri.Tangga tetap harus diperiksa walaupun bagian lain dari bangunan tidak rusak.

10. Berdirilah di dekat dinding paling luar dari bangunan atau di sebelah luarnya jika memungkinkan. Akan lebih aman untuk berada di sebelah luar bangunan daripada di dalamnya. Semakin jauh anda dari bagian luar bangunan akan semakin besar kemungkinan jalur menyelamatkan diri anda tertutup.

11. Orang-orang yang berada di dalam kendaraan akan tertimpa jika jalanan di atasnya runtuh dan meremukkan kendaraan; ini yang ternyata terjadi pada lantai-lantai jalan tol Nimitz. Korban dari gempa bumi San Fransisco semuanya bertahan di dalam  kendaraan mereka & meninggal. Mereka mungkin dapat selamat dengan keluar dari kendaraan dan berbaring di sebelah kendaraan mereka.Semua kendaraan yang hancur memiliki ruangan kosong yang aman setinggi 1 meter di sampingnya, kecuali kendaraan yang tertimpa langsung oleh kolom jalan tol.

12. Saya menemukan, pada saat saya merangkak di bawah kantor perusahaan koran dan kantor lain yang menyimpan banyak kertas bahwa kertas tidak memadat. Ruangan kosong yang besar ditemukan di sekitar tumpukan kertas-kertas.


Sebarkan informasi ini dan selamatkan nyawa setiap orang Terima kasih Semoga bermanfaat 

Artikel kiriman sdr Kangsa Sasmita (060509)

Senin, 30 Juli 2018

Bacalah Kisah Ini, Agar Engkau Niat Berqurban


"Siapapun yang Belum Berniat Qurban Bisa Menangis Membaca Kisah Ini"

Idul adha kian dekat. Kian banyak orang yang mengunjungi stan hewan qurbanku. Sebagian hanya melihat-lihat, sebagian lagi menawar dan alhamdulillah tidak sedikit yang akhirnya membeli. Aku menyukai bisnis ini, membantu orang mendapatkan hewan qurban dan Allah memberiku rezeki halal dari keuntungan penjualan.

Suatu hari, datanglah seorang ibu ke stanku. Ia mengenakan baju yang sangat sederhana, kalau tidak boleh dibilang agak kumal. Dalam hati aku menyangka ibu ini hanya akan melihat-lihat saja. Aku mengira ia bukanlah tipe orang yang mampu berqurban. Meski begitu, sebagai pedagang yang baik aku harus tetap melayaninya.
 
"Silahkan Bu, ada yang bisa saya bantu?" sapaku seramah mungkin
"Kalau kambing itu harganya berapa, Pak?" tanyanya sambil menunjuk seekor kambing yang paling murah.

"Itu 2jt Bu," tentu saja harga beberapa tahun yang lalu. "Harga pasnya berapa?"
Wah, ternyata ibu itu nawar juga. "Bolehlah 1jt 700 ribu, Bu. Itu  Buat ibu, bolehlah kalau ibu mau"

"Tapi, uang saya Cuma 1jt 500 ribu, Pak. Boleh?" kata ibu itu dengan penuh harap. Keyakinanku mulai berubah. Ibu ini benar-benar serius mau berqurban. Mungkin hanya tampilannya saja yang sederhana tapi sejatinya ia bukanlah orang miskin. Nyatanya ia mampu berqurban.

"Baik lah, Bu. Meskipun tidak mendapat untung, semoga ini barakah," jawabku setelah agak lama berpikir. Bagaimana tidak, 1jt 500 ribu itu berarti sama dengan harga beli. Tapi melihat ibu itu, aku tidak tega menolaknya.

Aku pun kemudian mengantar kambing itu ke rumahnya. "Astaghfirullah… Allaahu akbar…" Aku terperanjat. Rumah ibu ini tak lebih dari sebuah gubuk berlantai tanah. Ukurannya kecil, dan di dalamnya tidak ada perabot mewah. Bahkan kursi, meja, barang-barang elektronik, dan kasur pun tak ada. Hanya ada dipan beralas tikar yang kini terbaring seorang nenek di atasnya. Rupanya nenek itu adalah ibu dari wanita yang membeli kambing tadi. Mereka tinggal bertiga dengan seorang anak kecil yang tak lain adalah cucu nenek tersebut.

"Emak, lihat apa yang Sumi bawa" kata ibu yang ternyata bernama Sumi itu. Yang dipanggil Emak kemudian menolehkan kepalanya, "Sumi bawa kambing Mak. Alhamdulillah, kita bisa berqurban"

Tubuh yang renta itu duduk sambil menengadahkan tangan. "Alhamdulillah… akhirnya kesampaian juga Emak berqurban. Terima kasih ya Allah…"

"Ini uangnya Pak. Maaf ya kalau saya nawarnya terlalu murah, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk membeli kambing buat qurban atas nama Emak…." kata Bu Sumi.

Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa dalam hati, "Ya Allah… Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan imannya begitu luar biasa".

"Pak, ini ongkos kendaraannya…", panggil ibu itu.
"Sudah bu, biar ongkos kendaraannya saya yang bayar", jawabku sambil cepat-cepat berpamitan, sebelum Bu Sumi tahu kalau mata ini sudah basah karena karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.

Untuk menjadi mulia, ternyata tak harus menunggu kaya. Untuk mampu berqurban, ternyata yang dibutuhkan adalah kesungguhan. Kita jauh lebih kaya dari Bu Sumi. Rumah kita bukan gubuk, lantainya keramik. Ada kursi, ada meja, ada perabot hingga TV di rumah kita. Ada kendaraan. Bahkan, HP kita lebih mahal dari harga kambing qurban. Tapi… sudah sungguh-sungguhkah kita mempersiapkan qurban? Masih ada waktu sekitar satu bulan.

Jika kita sebenarnya mampu berqurban, tapi tak mau berqurban, hendaklah kita malu kepada Allah ketika Dia membandingkan kesungguhan kita dengan Bu Sumi. Jika kita sebenarnya mampu berqurban, tapi tak mau berqurban, hendaklah kita takut dengan sabda Rasulullah ini:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

"Barangsiapa yang memiliki kelapangan untuk berqurban namun dia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami" (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Al Hakim)
QUOTES OF THE QURBAN

Siapapun yg Belum Berniat Qurban, sebaiknya bisa ternotivasi dg kisah di atas. In syaa Allah.

Senin, 23 Juli 2018

Kenapa Seorang Mayit Memilih “BERSEDEKAH” Jika Bisa Kembali Hidup ke Dunia?


Kenapa Seorang Mayit Memilih "BERSEDEKAH" Jika Bisa Kembali Hidup ke Dunia?

Sebagaimana firman Allah:

رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ

"Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda [kematian]ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah…" {QS. Al Munafiqun: 10}

Kenapa dia tidak mengatakan,
"Maka aku dapat melaksanakan umroh" atau
"Maka aku dapat melakukan sholat atau puasa" dll?

Berkata para ulama,
Tidaklah seorang mayit menyebutkan "sedekah" kecuali karena dia melihat besarnya pahala dan imbas baiknya setelah dia meninggal…

Maka, perbanyaklah bersedekah, karena seorang mukmin akan berada dibawah naungan sedekahnnya…

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,

"Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya, hingga diputuskan perkara-perkara di antara manusia." (HR. Ahmad)

Dan, bersedekah-lah atas nama orang-orang yang sudah meninggal diantara kalian, karena sesungguhnya mereka sangat berharap kembali ke dunia untuk bisa bersedekah dan beramal shalih, maka wujudkanlah harapan mereka…

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya ada seseorang mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian dia mengatakan,

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ibuku tiba-tiba saja meninggal dunia dan tidak sempat menyampaikan wasiat padaku. Seandainya dia ingin menyampaikan wasiat, pasti dia akan mewasiatkan agar bersedekah untuknya. Apakah Ibuku akan mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Iya". (HR. Bukhari & Muslim)

Dan, biasakan, ajarkan anak-anak kalian untuk bersedekah…