H.O.S Tjokroaminoto Sang Pahlawan Nasional Pernah Pimpin Aksi Bela Islam

Sabtu, 06 Mei 2017

H.O.S Tjokroaminoto Sang Pahlawan Nasional Pernah Pimpin Aksi Bela Islam


Dalam sejarah Indonesia, jauh sebelum Habib Rizieq Syihab dan ulama lainnya memimpin perjuangan melawan penista agama, tersebut nama H.O.S Tjokroaminoto. Dia memimpin demonstrasi umat Islam, persis seperti Aksi Bela Islam saat ini. Jadi beranikah anda bilang H.O.S Tjokroaminoto (mentor bung Karno) adalah penebar isu SARA?

Beranikah anda bilang bahwa Guru Bangsa itu berusaha memecah-belah bangsa?

Beranikah anda bilang bahwa 35.000 massa yang berkumpul di tahun 1918 itu adalah orang-orang bodoh yang tidak mengerti makna toleransi?

Kalau anda berani, bisa jadi justru anda yang penebar isu SARA, andalah yang memecah-belah bangsa, dan anda mungkin sekali termasuk orang bodoh, yang tidak tahu makna toleransi.

Kisahnya bermula dari sebuah harian
bernama  "Djawi Hisworo" yang pada awal Januari 1918 memuat artikel yang  berisi penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw.  Penulisnya Djojodikoro dan judulnya "Pertjakapan Antara Martho dan Djojo".

"Gusti Kandjeng Nabi Rasoel minoem AVH, minoem Opium, dan kadang soeka mengisep Opium."

Kalimat itu secara jelas menuduh bahwa Nabi SAW adalah pemabuk, dan suka mengkonsumsi Opium.

Penistaan itu membuat geram umat Islam.  H.O.S Tjokroaminoto  dengan cepat membentuk organisasi bernama Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (TKNM) yang langsung dipimpinnya. TKNM mengajak rakyat Indonesia untuk menghadiri rapat besar di Kebun Raya Surabaya, pada 6 Februari 1918. Kegiatan ini sebagai sikap penolakan kaum muslimim terhadap penghinaan Nabi SAW.

Tidak kurang dari 35.000 umat Islam hadir. Tuntutannya  mendesak pemerintah Hindia Belanda dan Sunan Surakarta untuk segera mengadili Djojodikoro dan Martodarsono (pemilik surat kabar) atas kasus penistaan Nabi saw. (Jang Oetama : Jejak Perjuangan H.O.S Tjokroaminoto karya A.D Mulawarman)

Di waktu itu, tentu saja media tidak seperti sekarang. Tidak ada media sosial macam facebook, twitter, dan tidak ada TV. Radio pun hanya segelintir orang yang punya.

TNKM hanya bermodalkan pesan lisan dan media seleberan kertas untuk mengumpulkan massa sebesar itu.

Dan tentunya tidak ada bayaran atau Nasi Bungkus untuk mengumpulkan mereka.

Belajarlah sejarah lebih banyak lagi jika masih tidak sehat, dan mengatakan bahwa Aksi Damai Bela Qur'an yang diikuti jutaan manusia dari Sabang sampai Merauke, adalah upaya memecah belah bangsa.

H.O.S Tjokroaminoto adalah salah seorang Pahlawan Nasional yang tidak diragukan lagi jasanya dalam perjuangan pra-kemerdekaan Indonesia.

Jadi beranikah anda bilang H.O.S Tjokroaminoto (mentor bung Karno) adalah penebar isu SARA?

Beranikah anda bilang bahwa Guru Bangsa itu berusaha memecah-belah bangsa?

Beranikah anda bilang bahwa 35.000 massa yang berkumpul di tahun 1918 itu adalah orang-orang bodoh yang tidak mengerti makna toleransi?

Kalau anda berani, bisa jadi justru anda yang penebar isu SARA, andalah yang memecah-belah bangsa, dan anda mungkin sekali termasuk orang bodoh, yang tidak tahu makna toleransi.

Referensi buku "Jang Oetama : Jejak Perjuangan H.O.S Tjokroaminoto" karya A.D Mulawarman.

0 komentar :

Posting Komentar