Belajar Dari Syeikh Ammar Bugis, Penakluk Kemustahilan

Jumat, 13 Juli 2018

Belajar Dari Syeikh Ammar Bugis, Penakluk Kemustahilan


Sarjana Jurusan Jurnalistik alumnus King Abdul Aziz Universiti, Jeddah, itu tak hanya istimewa karena lulus dengan predikat cum laude. Ada kelebihan lain yang membuatnya mendapat penghargaan langsung dari Gubernur Makkah dan Wilayah Barat Amir Khalid bin Faishal. Ammar Haitsam Bugis, wisudawan itu, adalah seorang pemuda yang mengalami kelumpuhan total sejak bayi berusia dua bulan.Ammar Bugis dilahirkan di Amerika Serikat tanggal 22 Oktober 1986 dalam keadaan normal, ketika berusia dua bulan mengalami kelumpuhan total. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa umur Ammar tidak akan lebih dari dua tahun. Saat kecil, hanya kedua mata dan lidah Hitsam yang bisa bergerak. Ucapannya juga kurang jelas bila berbicara.

Adalah Syaikh Ammar Bugis, pria lumpuh berdarah Makassar. Nama Bugis diambil dari nama kakek buyutnya yang berasal dari Sulawesi, Syeikh Abdul Muthalib Bugis. Beliau hijrah dari Sulawesi ke Mekkah dan mengajar Tafsir di Masjidil Haram.

Untuk berjalan, ia harus didorong oleh pendampingnya dalam kereta bayi. Meski demikian, itu tidak menghalanginya untuk tetap terus menimba ilmu pengetahuan dan melawan segala rintangan dan tantangan. Waktu kecil ia sekolah di Amerika, sampai kelas tiga SD di sekolah umum bersama anak-anak yg normal fisiknya dan nilai raportnya istimewa.

Saat sekolah di Amerika, Ammar mendapatkan perlakuan yang baik dari pihak sekolah. Karena kondisi fisiknya yang cacat dan kesehatannya yang sering terganggu, Ammar sering tidak masuk sekolah. Pihak sekolah memakluminya dan mengutus guru wali kelas ke rumah Ammar untuk mengajar Ammar pelajaran yang tertinggal. Selain itu pihak Sekolah juga menemui ayah Ammar yg sedang mengambil program Doktor di Amerika, memberikan masukan kepada Ayah Ammar jangan sampai memberhentikan atau melarang Ammar berangkat ke Sekolah.

Hal lain lagi yang menarik, dalam pelajaran olah raga Ammar tidak bisa mengikuti olah raga bersama teman-temannya, pihak sekolah menyiapkan alat-alat fisioterapi di sekolahnya untuk Ammar berolah Raga sekaligus sebagai bentuk pengobatan dan dipandu oleh seorang ahli fisioterapi.

Selama Ammar belajar di Sekolah ada seorang pemandu khusus untuk menemani Ammar yang disediakan oleh pihak Sekolah selama di sekolah. Ketika Ayahnya selesai dari studi S3 nya dan pulang ke Jeddah – Saudi Arabia, keluarganya tidak mendapatkan sekolah yg mau menerimanya dg alasan ia anak lumpuh yg tidak normal, sekolah tidak mampu untuk memberikan perhatian khusus kepadanya.

Ammar disarankan untuk belajar di Sekolah Luar Biasa. Ammar tetap ingin belajar di sekolah umum dengan anak-anak yang normal. Dari kecil Ammar merasa saya tidak ada bedanya dengan anak-anak yang normal, saya yakin bahwa saya mampu melakukan apa-apa yang mereka lakukan seperti belajar di sekolah yang formal. Ammar tidak ingin dikasihani orang lain.

Akhirnya kakek Ammar dapat meyakinkan salah satu kepala sekolah dan diperbolehkan belajar di rumah (Home Schooling) dan saat tes datang ke sekolah mengikuti ujian. Alhamdulillah Ammar berhasil sampai lulus SMA dengan nilai raport rata-rata 96 dari nilai 100. Cara Ammar belajar, cukup pendamping Ammar dari pihak keluarga menyiapkan buku pelajaran dan diletakkan di samping Ammar sambil berbaring ia membaca sendiri buku pelajaran, jika sudah selesai dua halaman maka pendamping Ammar membalikkan lembaran kertas di buku ke halaman berikutnya, begitu sampai selesai Ammar membaca buku.

Allah berikan kekuatan Hafalan yang luar biasa, Masya Allah. Ammar melanjutkan kuliah di King Abdul Aziz Universiti di Jeddah jurusan Jurnalistik. Ammar minat dengan dunia jurnalistik dan ingin membuktikan bahwa orang yang cacat secara fisik, orang yang berkebutuhan khusus mampu untuk sukses di berbagai bidang. Meskipun diawal mula kuliah mendapatkan tantangan dari sebagian dosen yang menganggap akan merepotkan civitas akademika. Ia tetap berjuang dan sabar menghadapi segala sikap yang tidak mengenakkan dan menyakitinya.

Pernah suatu saat ketika Ammar menuju kelas di kampus, dosen yang akan mengajar di kelas juga berjalan menuju Aula, ketika melihat Ammar, dosen itu menyegerakan langkah kakinya mendahului Ammar masuk kelas dan segera mengunci pintu kelas. Pendamping Ammar segera mengetuk pintu kelas tapi dosen tersebut tidak membukakan pintu.

Meski banyak tantangan, akhirnya Ammar berhasil mendapatkan nilai IP 4,84 dari maksimal angka 5. Dan berhasil sampai lulus dengan nilai istimewa juga mendapat rangking pertama. Pada usia 13 tahun, Ammar sudah hafal Al Quran 30 juz, yang ia hafal dalam dua tahun. Cita-cita jadi wartawan pun terwujud saat ia diterima sebagai jurnalis di harian "Al Madinah" di Jeddah selama lima tahun.

Kini Ammar juga jadi jurnalis di Harian Ukadz, Riyadh. Ia meliput berita Sepak Bola dan menulis di kolom Kemasyarakatan. Suatu hari, Seorang Putera Mahkota Dubai bernama Hamdan bin Muhammad bin Rasyid Al Maktum dijuluki Fazza', sempat melihat film Ammar di You Tube. Setelah itu, ia mengundang Ammar ke Dubai. Ammar ditanya apa keinginannya. Ammar ingin menjadi dosen dan ingin melanjutkan S2. Putera Mahkota memenuhi keinginan Ammar untuk menjadi dosen dan memberikan bea siswa untuk Ammar melanjutkan S2 nya di Dubai.

"Ketika saya melihat tayangan film tentang anda, saya merasa rendah dan belum berbuat sesuatu amal pun. Wahai Ammar selama saya masih diberi Allah umur panjang maka saya akan terus mendukungmu sampai salah satu dari kita berdua menemui ajalnya", kata pangeran Dubai itu haru. Kisah hebat Ammar Bugis juga telah dibukukan dalam judul "Qohir Al Mustahil" (Penakluk Kemustahilan). Buku yang inspiratif dari kisah nyata Ammar Bugis sang penakluk kemustahilan.

Mengawalai nasihatnya dihadapan para dosen dan mahasiswa LIPIA Jakarta, Syaikh Ammar mengomentari sebuah pepatah yang mengatakan bahwa akal yang selamat hanyalah terdapat pada badan yang sehat, menuurutnya hal ini kurang tepat. "Selama ini kita mendengar pepatah bahwa akal yang selamat itu terdapat pada badan yang sehat, padahal semestinya adalah akal yang selamat hanyalah terdapat pada hati yang sehat,"kata Ammar mengawali nasihatnya. Hal ini, kata Ammar, terdapat didalam hadits "Jika sepotong daging itu baik, maka baiklah seluruhnya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati. Saat beliau menceritakan kesabaran dan ketelatenan ibunya dalam mengurus dan menjaganya sehingga ia saat ini menjadi seorang hafidz Al Quran, para mahasiswa yang hadir menangis tersedu-sedu, bahkan ada beberapa dosen yang bertakbir keras sambil menangis menjerit. Beliaupun menyayangkan banyak kaum muslimin yang memiliki fisik sempurna tapi hatinya tidak sesempurna fisiknya."Banyak diantara kita yang memiliki fisik sempurna, tapi hatinya tidak sesuai dengan fisiknya, "katanya. Beliaupun menyarankan kepada para Mahasiswa agar giat menghafal Al Quran dan jangan mudah putus asa. "Hafalkan Al Quran, lakukan dengan ayat-ayat yang pendek terlebih dahulu, sayapun dulu melakukannya demikian, sampai waktu itu saya bisa menghafal satu juz dalam sehari," ujarnya. Setelah kurang lebih satu jam, ceramah di tutup, tiba-tiba seorang dosen dan  pakar Ushul Fiqih asal mesir, DR. Azazi menemuinya dan mencium keningnya. Ahmad Aris, seorang mahasiswa Fakultas Syari'ah yang mendengarkan ceramah beliau, menangis terharu dan merasa termotivasi oleh nasihat Syaikh Ammar.

0 komentar :

Posting Komentar