Pemimpin Islam Yang Dirindukan

Rabu, 12 Oktober 2016

Pemimpin Islam Yang Dirindukan


Selalu berharap, selaku bangsa Indonesia dapat menemukan pemimpin yang benar-benar secara tulus dan ikhlas mencintai dan menyayangi rakyatnya guna membawa bangsa dan negara ke arah yang lebih beradab dan bermartabat ke depan sebagaimana yang diharapkan.

Fenomena kepemimpinan yang terlihat di sekeliling kita. Memang, tidak semua pemimpin bersikap seperti itu. Tentu ada pemimpin yang memperhatikan dan mencintai rakyatnya. Tetapi, keberadaannya tertutupi oleh pemimpin-pemimpin yang bermental 'ajimungpung' dan tidak berhati nurani. Bagaikan cahaya pelangi yang tertutupi awan kelabu. Sekalipun sistem pemilihan pemimpin (Pemilu, Pilpres, dan Pemilukada) sudah dilaksanakan sedemikian rupa, dengan menghabiskan anggaran yang sangat besar, tetap saja pemimpin yang terpilih yang bermodal besar dan berduit. Sehingga, sekarang ini, kita kebingungan, mau menggunakan sistem pemilihan apalagi untuk memilih pemimpin yang jujur, adil, amanah, dan mencintai rakyatnya.

Di tengah kebingungan itu, muncul kerinduan untuk memiliki pemimpin yang mencintai rakyatnya. Adalah Rasulullah SAW seorang figur dan sosok pemimpin yang mencintai rakyatnya secara tulus. Hal ini diakui oleh kawan maupun oleh lawan. Seperti penulis Nasrani Michael Hart menempatkan Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang paling berpengaruh sepanjang waktu.

Kata dia, “Muhammad bukan semata pemimpin agama, tetapi juga pemimpin duniawi”. Penulis lain pun seperti Will Durant mengatakan, “Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, dia Muhammad SWA seorang raksasa sejarah. Ia berjuang meningkatkan tarap ruhaniah dan moral suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan gurun. Dia berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun, belum pernah ada orang yang berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya seperti dia”. Thomas Carlyle juga menambahkan, “Dia datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh ke padang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu yang membakar angkasa sejak Delhi hingga Granada” (Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, 2009:18).

Melihat kebesaran figur Rasulullah SAW, kemudian mereka mencari tahu apa gerangan yang menjadi rahasia keberhasilan dakwah dan kepemimpinan Rasulullah SAW. Ternyata, rahasianya sangat sederhana. Rasulullah SAW adalah pemimpin yang menebarkan cinta dan kasih sayang kepada rakyatnya. Ini dilakukan bukan demi politik pencitraan, popularitas, dan kekuasaan, tetapi dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan demi kebaikan umatnya.

Hal ini ditegaskan dalam Alquran surat At-Taubah [9] ayat 128, Allah SWT berfirman: Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin”.

Demi cinta dan kasih sayang kepada umatnya, Rasulullah SAW nyaris mengorbankan jiwa dan raganya. Misalkan, ketika Beliau datang hendak berdakwah ke suatu kampung, bukan disambut dengan tangan terbuka, malah disambut dengan lemparan batu hingga kedua kakiknya luka mengeluarkan darah. Pada waktu itu, datang Malaikat Jibril menawarkan bantuan, “Bagaimana kalau kampung itu dihancurkan dengan dihujani batu?” Jawab Rasulullah SAW, “Jangan, karena mereka kaum yang belum mengerti” (Innahum qaum laa ya’lamun). Malah selanjutnya Beliau mendoakan supaya penduduk kampung itu mendapat petunjuk dari Allah SWT (Allahumma-ahdi lahum).

Kemudian dalam perang Uhud, kepala Rasulullah SAW berlumuran darah dan giginya sampai patah karena serangan musuh. Ini terjadi karena pasukan umat Islam melalaikan tugasnya dan lebih condong pada harta ghanimah (rampasan perang). Meskipun demikian, Beliau tidak menyalahkan secara langsung dan tak memendam rasa dendam kepada para sahabat. Tapi, dengan legowo Beliau memaafkan dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran dan pengalaman yang berharga.

Allah SWT berfirman: Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali-‘Imran [3]:159).

Inilah di antara kunci kesuksesan kepempinan Rasulullah SAW dalam mengatur dan menyejahterakan umatnya. Tentu, sifat cinta dan kasih sayang kepada rakyat ini harus dicontoh oleh semua pemimpin yang mendapat amanah kepemimpinan supaya dapat membawa kebaikan dan kemaslahatan demi sebesar-besarnya rakyat. Memang kedua sifat ini (rauufur rahiim) merupakan sifat yang mutlak dimiliki oleh Allah SWT. Namun, manusia harus berupaya menampakkan kedua sifat ini dalam kehidupannya, sehingga tercipta kehidupan yang damai, rukun dan harmonis. Juga tentunya kedua sifat ini harus dimiliki dan direalisasikan oleh para pemimpin sebagai penjelmaan dari khalifatullah (pemimpin) di muka bumi.

Wallahu A’lam Bish-Shawaab [rol/berita]

0 komentar :

Posting Komentar